Ceritanya sore itu istriku, Rohilah, sedang masak. Kali ini ia berencana masak sayur kiciwis (baby kol) sebagai pelengkap makan malam kami.

Saat sedang membersihkan satu lembar demi satu lembat daun kiciwis, tiba-tiba ia histeris.

“Yang, lihat, ada daun tumbuh di atas daun,” teriaknya.

Aku acuh tak acuh. Asyik di depan laptop mengerjakan desain spanduk pesanan teman.

“Kayak ada tulisan Allah,” tambahnya.

Aku hanya mendehem sambil bilang iya dengan nada terpaksa. Sementara mataku masih fokus ke laptop.

“Yang, ini lihat!” serunya kemudian.

Kugeser pandanganku ke arahnya.

“Gak kelihatan,” kataku. Mataku memang tak mampu lagi menangkap gambar dengan jelas dalam jarak yang tidak dekat.

Aku kembali meneruskan pekerjaan. Kupikir istriku hanya ingin membalas karena beberapa hari sebelumnya aku pernah menunjukkan kepadanya ada buah tumbuh dalam buah. Saat itu bagian atas buah cabai hias yang kami tanam busuk, sehingga ada seperti sayatan di tengahnya, kemudian dari dalamnya tumbuh buah baru.

Ternyata, diam-diam istriku mengambil handphone-ku. Ia foto daun keciwis yang di maksud.

Esoknya, saat aku membuka HP, istriku bertanya apakah aku sudah melihat foto yang diambilnya kemarin apa belum. Aku jawab belum. Lalu kubuka foto itu.

Subhanallah! Aku takjub. Benar apa yang ia bilang, ada lafaz Allah di daun kiciwis. Untung saja ia masih menyinpannya sehingga aku masih bisa melihatnya lagi secara langsung.

(Sentul, 12 Oktober 2019)