(Foto: AP/Michel Euler)
(Foto: AP/Michel Euler)

Charlie Hebdo, suratkabar mingguan yang berlokasi di Paris, Prancis, diserang kelompok orang bersenjata pada Rabu, 7 Januari 2015. Sedikitnya 12 orang tewas dalam kejadian tersebut, termasuk editor kepala Stephane Charbonnier.

Presiden Prancis, Francois Hollande, yang segera bergegas ke tempat kejadian, mengutuk serangan tersebut sebagai tindakan bar-bar.

“Sejumlah langkah telah diambil untuk menemukan mereka yang bertanggungjawab, mereka akan diburu selama yang dibutuhkan untuk menangkap mereka dan membawa mereka ke pengadilan,” katanya.

Sejumlah politisi dan para pemimpin Eropa ikut mengutuk serangan tersebut, termasuk di antaranya Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang belakangan terjadi masalah terkait imigran muslim di negaranya.

“Saya sangat marah. Itu kejahatan, barbar. Mereka telah menjual jiwa mereka ke neraka. Ini bukan kebebasan. Ini bukan Islam dan saya berharap Prancis akan bersatu untuk mengakhiri ini,” kata Hassen Chalghoumi, Imam Masjid Drancy di pinggiran utara Seine-Saint-Denis, Paris.

Kantor berita setempat melaporkan, di antara yang meninggal dunia dalam serangan tersebut adalah beberapa orang kartunis yang dikenal sebagai Cabu, Tignous, dan Wolinski. Mereka menjadi kartunis paling terkenal di Prancis setelah berulang kali menerbitkan karikatur Nabi Muhammad.

Charlie Hebdo menjadi kontroversial karena beberapa kali melakukan serangan provokatif terhadap sejumlah pemimpin politik dan agama. Selain Nabi Muhammad, mereka juga pernah mengolok-olok Paus dan Presiden Prancis.

Pada November 2011, kantor mingguan satir itu pernah dibom setelah menerbitkan edisi lelucon tentang “mengundang” Nabi Muhammad sebagai editor tamu dan menempatkan karikaturnya di sampul muka.

Sumber: AFP/AP/Reuters